![]() |
bersama mereka, kami untuk Indonesia |
Seneng deh setiap hari senin sampai sabtu saya melihat mereka. Semangat mereka untuk belajar meskipun kami berada dalam lingkup serba sederhana. Sarana prasarana belajar yang sederhana, tapi saya berhasil membawa mereka memiliki mimpi yang lebih dari sederhana. Belum lagi ketika saya bertanya tentang negeri yang mereka cintai serempak anak-anakku bilang Indonesia. Rasanya, memang saya bangga menjadi anak negeri yang katanya negeri paling kaya, baik itu kekayaan alamnya, budaya, agama, sampai suku dan ras.
Saya lahir di Indonesia, kulit saya saja sawo matang, memiliki gingsul khas orang Indonesia (maaf sedikit narsis) bahkan pendidikan saya tempuh di Indonesia juga karena bagi saya pendidikan di negeri kita ini tidak kalah bagus dengan pendidikan di luar negeri. Sekali lagi saya katakan, menjadi guru adalah sebuah pilihan hidup yang mana bagi saya adalah cara mendedikasikan diri untuk negeri ini. Dan saya bangga ikut serta dalam mencetak generasi penerus bangsa.
Bangga jadi guru? Saya akan jawab iya jelas bangga donk! Entah alasan apa yang membuat saya mencintai profesi saya, yang ada di pikiran saya adalah dengan menjadi guru saya bisa ikut mengurangi kebodohan. Seperti yang kita tahu bahwa suksesnya sebuah negara ada di tangan guru. Iya, guru. Pemegang peranan perubahan suatu negara, bagaimana kita mencetak karakter penerus bangsa. Mau mencetak karakter bagus, atau kurang bagus ya guru lah kuncinya. mau kurikulum terbaru itu sukses atau tidak, kembali lagi ada di tangan guru.
Realitanya sekarang ini banyak yang bilang Indonesia itu korup, memanjakan kaum guru dengan sertifikasi, nggak memperhatikan kaum honorer. Kalau memang dirasa sepeti itu, buat apa hanya koar-koar. Perubahan tak akan terjadi ketika kita hanya duduk sambil melamun atau sekedar koar-koar sampai otot leher pada keluar. Do Something!!! Saya dibekali ilmu tentang mendidik dan mengajar, jadi ya saya terapkan dengan murid-murid. Bagi saya, agen perubahan itu adanya relasi kuat antara guru dan murid. Nah, kalau sudah ada relasi kuat maka kita bisa bangun negeri ini menjadi lebih baik. Yang nantinya akan diwujudkan dalam cita-cita mereka.
Saya ada untuk mereka, bahasa romantisnya saya adalah pelita bagi murid-murid saya. Tentu saya sangat merasa terhormat ketika saya dipercaya untuk mengisi otak mereka dengan ilmu yang saya sampaikan setiap hari. Mengisi imajinasi mereka dengan indahnya cita-cita yang ada di pikiran mereka, mengisi hati mereka dengan semangat untuk mewujudkan cita-cita mereka. Rasanya bahagia ketika mereka bisa menyumbangkan dirinya untuk ikut serta dalam mentas kebodohan.
Jadi guru itu susah?
Bagiku gampang, asal kita memulainya dari hati. Siapapun pemimpinnya entah itu kepseknya perempuan atau laki-laki, entah itu nanti presidennya dari militer atau sipil yang terpenting bagi kita adalah kesiapan untuk mendedikasikan diri. Entah itu jaman orde baru ataupun reformasi sepertinya kalau mendengar cerita bapak pendidikan masih tetap sama. Intinya adalah kesiapan diri, kemauan melayani dan mengabdi untuk negeri.
Kebayang kan susahnya merebut kemerdekaan Indonesia, kalau waktu ngajar sejarah saja anak-anak suka bertanya “jadi sekarang kita enak donk buk gak perang dan tembak-tembakan?” iya jelas enak. Negeri yang sudah merdeka ini dan sudah mengalami pergantian presiden sebanyak lima kali, memang masih tetap membutuhkan sosok seorang guru. Tak hanya guru, apapun profesinya jika memang kita ada rasa saling memiliki Indonesia tentu akan bahu membahu mendedikasikan diri untuk negeri. Tak usah dicontoh para pejabat yang dengan senyum bangganya berbaju ala KPK, biarlah mereka seperti itu, yang terpenting adalah kita tetap menjadi warga negara yang jujur, mencetak generasi muda yang jujur dan berakhlak mulia. Melalui pendidikan.
Tak ada negeri yang buruk, tidak ada juga pemimpin yang buruk, bahkan tidak ada juga pendidikan yang buruk. Semua ada di kita, dalam diri kita. Hebatkan dirimu, dedikasikan dirimu, maka dunia akan melihatmu. Karena saya ada untuk mereka, saya ada untuk generasi muda Indonesia. Bersama kaum guru yang lainnya.
Karena saya, bangga menjadi seorang guru dan itu untuk Indonesia.