Pandemi masih berlangsung ya, bund. Hanya saja bedanya sekarang sudah diperbolehkan melakukan aktifitas dan sudah dimulai pertemuan tatap muka terbatas di sekolah-sekolah. Senangnya!!! Meski dengan konsekuensi harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Namun, dengan kembali mengajar dan merasakan rempongnya antar anak sekolah itu sangat luar biasa bahagianya.
Mundur ke belakang sediki saat di awal-awal pandemi dan harus menerima perpanjangan WFH setiap minggunya. Jujur, saya bukan tipe orang yang betah di rumah. Paling tidak saya harus merasakan perbedaan suasana, jika tidak saya akan mudah sekali stress. Sementara dari sisi anak sulung saya, yang tadinya terlihat biasa saja, lambat laun dia mengalami kebosanan. Dunia anak memang dunia bermain, lalu ada pandemi dan dipaksa untuk di rumah saja sementara biasanya dia bebas bermain dengan teman sekampung.
Ketidakpekaan saya dengan kondisi Intan saat itu karena saya melihat dia baik-baik saja. Cranky juga saya dan papanya merasa memang seusia segitu juga masih rewel apalagi saya dalam kondisi hamil dan dia adaptasi mau punya adek. Namun, kok dia berani mengutarakan kalau bosen di rumah terus. Pengennya sekolah, pengennya sepedaan, dan segala keinginan ini itu. Trus drama gitu deh... sepertinya memang kondisi mentalnya kena nih.
Soft Skill Yang Dibutuhkan di Abad Digital
Dalam webinar bersama Faber Castell tanggal 25 September 2021 lalu, ditunjukkan dalam sebuah video singkat dimana 70% anak usia 5 tahun keatas mengalami worried, overwhelmed, and sad akibat pandemi. Bahkan Yohana Theresia, M.Psi, Psikolog sebelum memaparkan materi dari webinarnya menunjukkan bahwa anak-anak merupakan korban terselubung dari adanya pandemi covid-19 ini.
Di Indonesia sendiri berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Soetikno, Agustina, Verauli, dan Tirta pada tahun 2020, menemukan bahwa terdapat peningkatan masalah perilaku dan emosi yang muncul pada anak akibat paparan stres di masa pandemi COVID-19. Seperti withdrawal atau menarik diri, anxiety, somatic, epresi, problem sosial, problem berpikir dan atensi, agresi.
Perubahan kondisi selama pandemi ini yang tadinya kita bisa melakukan interaksi langsung dan harus berubah menjadi serba online memang membawa dampak bagi anak. Perubahan-perubahan perilaku yang terjadi pada anak ini bisa terjadi karena ruang gerak yang terbatas. Ya tahu sendiri ya, bund selama pandemi kita pasti mikir berkali-kali jika mau keluar rumah. Sekolah juga melalui zoom, ya mana bisa sih becandaan sama temen atau beli jajan ke kantin rame-rame.
Padahal anak-anak memang membutuhkan ruang gerak yang bebas untuk mengasah keterampilan otot ataupun untuk mengembangkan diri dari aspek kognitif dan sosialnya. Sementara selama pandemi anak-anak memang kita kurung di rumah dan ruang geraknya sangat terbatas. Bahkan muncul permasalahan lain dimana anak sulit mendapatkan pendidikan yang berkualitas, orang tua yang sibuk dan kondisi psikologis yang tidak stabil.
Ya jelas sih,bund. Saya mengalami sendiri, win-win solution yang saya berikan kepada Intan selama pandemi adalah dengan memberinya gadget. Yang awalnya kami sangat disiplin menerapkan batasan untuk screen time, justru selama pandemi ini memang kami terkesan loooooooossssssssssss banget saat Intan bermain gadget. Asal anak diem, alibi kami sih. Padahal kecanduan gadget ini juga bukan isapan jempol saja lho. Serba salah kan jadi orang tua. huhuhuhu.
- Gangguan kesehatan fisik terutama mata dan postur tubuh pada leher dan tulang belakang.
- Terlambat bicara (spech delay). Hal ini dipicu karena anak lebih tertarik dengan tampilan visual dan kurang mengembangkan kemampuan bicara anak.
- Masalah atensi dan konsentrasi. Merupakan dampak jangka panjang yang umumnya tidak disadari oleh orang tua.
- Masalah pada executive function. Mengasah keterampilan kognitif yang membuat anak mampu untuk berfikir kritis.
- Masalah perilaku. Paparan gadget dapat membuat kecanduan.
- Kualitas kelekatan orang tua-anak menjadi buruk.
Kreatifitas adalah kemampuan untuk memproduksi atau mengembangkan suatu karya asli, ide, teknik, atau pemikiran.
Creativity are teachable and can be ingrainedin children through activity in everyday life!
Jika selama ini beralasan kita tidak kreatif, sebenarnya kreatifitas seseorang itu bisa dikembangkan. Bahkan sebagai orang tua memang memiliki peranan penting dalam membangun kreatifitas anak, melalui :
- Menghargai proses belajar. Jangan terfokus pada hasil akhir saja ataupun proses yang instan. Beri waktu anak untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
- Mempersiapkan ruang khusus bagi anak untuk eksplorasi dan bereksperimen. Fasilitasi anak dengan space khusus untuk mereka berekspresi.
- Memberi kebebasan pada anak. Ada saat kita sebagai orang tua memberikan arahan, ada saatnya juga kita memberi waktu anak untuk berekspresi karena dari situ anak juga sedang belajar. Tapi ingat jangan sampai kita terlalu campur tangan dengan anak.
- Menjadi contoh nyata "orang kreatif". Children do what they see.
- Memberikan berbagai sudut pandang dengan memperkaya pengetahuan anak.
- Suportif
- Mengapresiasi usaha anak
Wahai para orang tua, sudahkah kita melakukan poin-point yang saya tuliskan di atas? Hahaha. Ngaku deh sejauh ini ya masih belum maksimal dalam membekali dan mengembangkan kreatifitas Intan. huhuhuhu. Tapi gapapa ya, namanya menjadi orang tua memang harus belajar... belajar... dan belajar.
Aktifitas yang dapat membangun kreatifitas anak
- Alternate Uses Task (Wen, butler, & Koutstall; 2013) : Serupa dengan brain storming yang bisa kita kemas dengan permainan sederhana. Contoh : ajak anak bermain tebak-tebakan suatu barang.
- Guided Fantasy (Garfield; 2001) : Bisa kita latih sejak dini dengan membacakan buku cerita. Untuk usia dini sediakan buku bergambar, namun ketika beranjak usia sekolah berikan anak buku yang tidak bergambar
- Open Ended Toys(Shrier; 2016) : Contoh berikan anak lego, karena anak dapat memainkan imajinasi melalui lego dan tipe open ended toys menawarkan banyak sekali cara main dan ide bermain.
- Exposure to Art Activities ( Amabile; 1992) : berhubungan dengan seni seperti menggambar, membuat clay.
Asah Kreatifitas Anak dengan Creative Art Series II Faber Castell

Spesialnya lagi, didalam setiap kemasan Creative Art Series Faber-Castell juga disertai voucher untuk bisa mengikuti workshop yang diadakan secara daring oleh Faber-Castell. Bagi teman-teman yang ingin merasakan serunya bermain dan berkreasi dengan anak, saat ini Creative Art Series Faber-Castell tersedia secara eksklusif melalui official e-commerce Faber-Castell yang ada di Tokopedia dan juga Shopee.